Go to the main menu Skip to content
Public enterprise working for the happiness of all through tourism, JTO
HOME > Cerita tentang Jeju > Masyarakat Jeju

Masyarakat Jeju

Folk of Jeju
  • Dang

    Dang : Rumah Dewa Pengawas
    Ritual perdukunan berorientasi perempuan, dikenal sebagai gut, berlawanan dengan konfusianisme poje yang berorientasi laki-laki, dan biasanya dilakukan di dang, yang merupakan rumah bagi banyak Dewa dan Dewi Jeju. Ritual tersebut berlangsung sampai hari ini karena kekuatannya untuk menyatukan para penduduk desa dan mempertahankan komunitas kehidupan. Bentuk dang yang paling umum adalah pohon tua keramat, batu goa atau batu besar. Dang telah lama menjaga desa dan masyarakat Jeju.
  • Gut

    Gut (Ritual Perdukunan) : Manusia bertemu 18,000 Dewa dan Dewi
    Gut adalah nama yang diberikan untuk ritual perdukunan yang mana masyarakat Jeju telah lakukan secara tradisional dengan 18,000 Dewa dan Dewi pulau dan meminta mereka untuk menjadi perantara atas nama mereka. Melalui ritual-ritual ini, manusia melawan iblis, korupsi, penyakit, kematian, dan kemalangan lain di dunia dan juga meminta berkat untuk peristiwa di masa depan serta musim panen. Gut dilaksanakan secara tradisional di dang desa atau kuil tetapi gut yang lebih penting sekarang dilakukan di tempat yang lebih publik, keduanya untuk memperkenalkan mereka ke lebih banyak masyarakat Jeju dan mengundang para wisatawan dan pengunjung untuk mengambil bagian dalam upacara tersebut. Salah satu gut terpenting, Tamnaguk Ipchun-gut, telah dilakukan sekitar bulan Februari setiap tahun sejak Kerajaan Tamna untuk menandai permulaan musim semi (Ipchun adalah salah satu dari 24 bagian musim dalam penanggalan surya). Upacara yang diadakan pada waktu ini meminta kepada para Dewa untuk panen yang melimpah dan setiap orang juga mendoakan harapan masing-masing untuk tahun yang akan datang. Ada berbagai jenis gut untuk berbagai tujuan yang berbeda dan upacara ini memiliki peranan penting dalam kehidupan masyarakat jeju sehari-hari, dan bahkan dalam kesibukan kehidupan modern sekarang.
  • Shingugan (Musim Berpindah) : Kebiasaan mistik yang unik untuk Jeju
    Di Pulau Jeju, pada masa lalu hanya ada satu periode berpindah selama setahun yang disebut Shingugan. Menurut legenda, para Dewa melaporkan kepada Raja Surga tentang keadaan dunia setahun sekali, dan berdasarkan prestasi tahunan mereka; akan ditempatkan di tempat baru. Selama periode ini, masyarakat Jeju berpindah sehingga dewa yang jahat tidak dapat menemukan mereka. Periode ini berlangsung selama seminggu yang biasanya dimulai lima hari setelah Daehan (akhir januari) dan berakhir tiga hari sebelum Ipchun (awal Februari). Dipercaya bahwa jika Anda berpindah diluar periode tersebut maka Anda akan mendapat kesialan.
  • Pojedan : Tempat dimana setiap desa melaksanakan upacara untuk kedamaian.
    Upacara desa disebut Poje ketika dilakukan upacara berdasarkan cara Konfusianisme oleh penduduk laki-laki di desa Jeju. Sebagai tambahan, Pojedan adalah sebuah tempat dimana Poje dilakukan. Sementara Dang-gut, sebuah kegiatan upacara yang dilakukan oleh para penduduk perempuan. Setelah dilakukan juga, maka dibagi, Poje dilakukan oleh laki-laki dan Dang gut setelah upacara Konfusianisme diperkenalkan.